Jumat, 05 November 2010

Jajan di kantin sekolah

Pemandangan yang sering kita temui disebagian besar sekolah di Indonesia adalah pedagang asongan yang menjajakan dagangannya di luar pagar sekolah. Ada yang menggunakan gerobak dorong, sepeda atau motor yang di pasangi gerobak dan sebagainya. Jenis dagangannya juga macam-macam, mainan, bakso, telur puyuh goreng, tempura dan masih banyak lagi.

Bagaimana sikap sekolah dan orang tua dengan keberadaan pedagang asong tersebut? Ada yang setuju, membiarkan dan menolak. Masing-masing sikap memiliki argumen. Bagaimana dengan sikap siswa? Umumnya mereka sih oke-oke aja, yah... bagi mereka yang penting kan bisa jajan.

Ada beberapa sikap yang diambil sekolah terhadap para pedagang asongan. Pertama: Melarang dengan memberi tulisan di luar pagar sekolah: DILARANG BERJUALAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH.

Kedua: Melarang dengan pendekatan persuasif, memberi berbagai argumen dan alasan kepada pedagang agar tidak berjualan di lingkungan sekolah.

Ketiga: Mendesain dan menata sedemikian rupa kantin sekolah agar siswa lebih suka jajan di kantin sekolah daripada di luar sekolah.

Keempat: Memberi pengertian dan sugesti pada siswa agar jajan di kantin sekolah. Nah, ada yang menarik, di sebuah sekolah ada tulisan di belakang pintu gerbang (mungkin agar tidak kelihatan oleh pedagang asongan), tulisannya begini: AKU ANAK SHOLEH KALO JAJAN PASTI TIDAK DI LUAR PAGAR SEKOLAH.
Bagaimana bila kata-katanya diganti dengan:
AKU ANAK SHOLEH KALO JAJAN PASTI DI KANTIN SEKOLAH. Hmmm

Bagaimana menurut Anda?

Mengapa kriminalitas dan asusila diberitakan?

Diberbagai media massa, tiap hari, bahkan melalui layar kaca bisa beberapa kali dalam sehari disuguhkan berita kekerasan, kriminal dan asusila. Yang terbaru berita seorang gadis bernama Nova yang "pergi" bersama kekasihnya. Nova dan kekasihnya awalnya bertemu via Facebook, dan mereka juga telah "menikah" di facebook. Di Jogja, hari ini, pada salah satu harian diberitakan seorang pemuda berusia 20 tahun dan seorang pelajar putri berusia 18 tahun melakukan perbuatan asusila di bumi perkemahan pada tengah hari. Kedua kejadian tersebut sekarang ditangani pihak berwajib.

Mungkin ada yang pernah melakukan penelitian atau punya hasil penelitian tentang korelasi berita-berita kriminal dan asusila terhadap meningkatnya angka kriminal dan asusila? Yang saya perhatikan, semakin sering diberitakan bukannya orang semakin mawas diri dan berkurangnya angka kriminal serta asusila, justru sebaliknya. Orang semakin berani melakukan apapun tanpa berpikir lagi akan rasa malu dan akibat dari perbuatannya.

Bagaimana sebaiknya ya, tetap ada berita semacam itu atau tidak? Yang pasti, hasil pengamatan saya terhadap anak-anak saya dan beberapa teman saya, setelah kami "tidak miliki" televisi, pengaruhnya terhadap aktifitas sosial, belajar dan kegiatan positif lainnya jadi lebih meningkat. Mereka sekarang semakin rajin membaca buku. He he he... sebetulnya sudah lama televisi kami ingin saya masukkan "musium", tapi belum ada alasan yang tepat, namun begitu televisi rusak, semua anak-anak sepakat kami gudangkan saja. Awalnya memang berat, tapi setelah berlalu sebulan, ternyata tidak punya televisi gak bikin dunia kiamat ya ha ha ha...

Kembali ke masalah kriminal dan asusila tadi, tidak bisa kita pungkiri pesatnya teknologi informasi dan kecanggihan alat-alat komunikasi memberikan andil juga dalam merubah prilaku orang. Memang apapun sangat tergantung dari orangnya ya. Namun hemat kami, komunikasi yang baik di rumah tangga akan memberikan imunitas bagi anggota keluarga agar tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya dan orang lain. Dan banyak yang tidak menyadari tentang hal ini, umumnya orang sudah merasa benar dan tepat dalam melakukan komunikasi, e... tiba-tiba ada suami atau isteri yang selingkuh, e.... ada anaknya yang jadi pecandu narkoba atau perbuatan asusila.

Semoga kita termasuk yang sukses dalam berkomunikasi, mari kita saling menjaga diri dan orang terdekat dari pengaruh negatif dengan saling mengingatkan dan saling memperbaiki pola komunikasi.


Salam Indonesia Unggul.

Sabtu, 20 Juni 2009

Kisah Dari Surat al-Kahfi, Part II

Dari Qur-an Surat al-Kahfi ayat 1-27

"Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, "Aku pasti melakukan itu esok pagi," kecuali dengan mengatakan Insya Allah (jika Allah menghendaki)" Dan Ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku lebih dekat pada kebenaran dari pada ini." (al-Kahfi (18) ayat 23-24).

Itulah yang dilupakan oleh Rasulullah, beliau lupa mengucapkan "Insya Allah", Jika Allah menghendaki. Allah ingin menunjukkan kepada kita Ummat Muslim bahwa segala sesuatu yang ada di masa depan kita adalah dalam kuasa-Nya. Ayat ini melarang setiap muslim - melalui Rasulullah saw.- memastikan untuk melakukan sesuatu di masa depan kecuali dengan menggantungkannya pada kehendak Allah. Juga melarang menjanjikan sesuatu kecuali dengan menyebut insya Allah.

Masa depan adalah suatu hal yang ghoib, manusia tidak dibekali pengetahuan untuk memastikan dan menentukan apa yang akan terjadi padanya atau apa yang akan ia perbuat nanti. Semuanya ada di tangan Allah yang menentukan. Karenanya jika kita berjanji ato ingin merencanakan sesuatu di masa depan jangan lupa ucapkan, "Insya Allah".

Sungguh disayangkan, ucapan ini begitu diremehkan oleh ummat Muslim sekarang ini. ketika kita mengucapkan, "Insya Allah", justru ditanggapi begini, "Jangan Insya Allah, yakin ga nih?" padahal seyakin apa pun kita akan suatu janji, jika Allah tidak menghendaki?

Di sisi lain, jangan juga, ketika mengucap janji dan dalam hati kita tidak ingin ato tidak bisa memenuhi janji itu, lalu kita mengucap "Insya Allah", dan kemudian dengan sengaja besoknya kita tidak menepati janji itu. Mungkin hal tersebut yang membuat ucapan "Insya Allah" menjadi begitu diremehkan.

Kembali kepada kisah, setelah menerima wahyu dari Allah, melalui malaikat Jibril, Mengenai jawaban dari pertanyaan yang diajukan kaum Quraisy, Rasulullah pun kembali menemui penanya dari kalangan kaum Quraisy itu untuk menjawab pertanyaan mereka dan membuktikan kebenaran Islam. Pertanyaan mereka yang pertama, "Beri tahukan kami tentang pemuda yang pergi pada masa lalu, mereka mempunyai kisah yang menakjubkan."

Dijawabnya dengan ayat yang mengisahkan kisah para pemuda ash-habul Kahfi (penghuni Gua), Bagaimana kisahnya? sekali lagi.. Sabar ya? Tunggu lanjutannya.. :)

Kamis, 18 Juni 2009

Kisah Dari Surat al-Kahfi, Part I

PART I : Asbabun Nuzul (sebab2 turunya ayat)

Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa ketika pertentangan pemikiran antara Rasulullah saw. dan kaum Quraisy di Mekah semakin memanas, kaum Quraisy meminta bantuan kepada orang Yahudi di Madinah. Kaum Quraisy mengutus Nadhir bin Haritsah dan Uqbah bin Abi Mu'aith kepada para rabbi Yahudi untuk bertanya pada mereka tentang kenabian Rasulullah saw..

Sampai keduanya di sana kemudian berkata, "Kalian adalah Ahli Kitab (Taurat), kami datang kepadamu agar kamu mengabarkan kami tentang sahabat kami ini!" Para rabbi itu menjawab, "Tanyakan padanya tiga hal yang kami perintahkan, jika ia mengetahui dua yang pertama dan tidak mengetahui yang ketiga, maka ia benar seorang Nabi yang diutus, tetapi jika ia tidak dapat menjawabnya, berarti ia mengada-ada, kemudian terserah kalian."

"Pertama, tanyakan tentang para pemuda yang pergi di masa lalu, apa yang mereka lakukan, sesungguhnya mereka mengalami peristiwa yang menakjubkan." "

"Kedua, tanyakan padanya tentang lelaki yang sering berkelana, ia telah mengunjungi seluruh penjuru bumi."

"Ketiga, tanyakan padanya tentang apa itu roh."

Keduanya lalu kembali kepada kaum Quraisy dan berkata, "Wahai penduduk Quraisy, kami datang kepadamu dengan membawa pembeda antara kamu dan Muhammad. Para rabbi Yahudi itu menyuruh kita agar menanyakannya tentang hal-hal yang mereka perintahkan."

Mereka lalu datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, "Hai Muhammad, beri tahukan kami tentang pemuda yang pergi pada masa lalu, mereka mempunyai kisah yang menakjubkan, tentang laki-laki yang berkeliling ke seluruh penjuru dunia, dan beritahukan kami tentang roh."

Maka Rasulullah saw. menjawab, "Akan kujawab apa yang kamu tanyakan besok."

Esok pun tiba, tetapi Jibril tidak datang memberi jawaban, lalu Rasulullah saw. berdiam diri selama lima belas hari, tetapi wahyu Allah tidak kunjung datang. Penduduk Mekah terguncang, terujilah keimanan mereka, dan mereka berkata, "Muhammad telah berjanji kepada kita satu hari, dan hari ini telah lima belas hari, tetapi Muhammad belum juga memberi tahu kita tentang hal itu." Sedihlah hati Rasulullah saw. karena wahyu Allah belum juga sampai padanya. Beliau juga merasa gelisah atas apa yang dikatakan oleh penduduk Mekah.

Rupanya ada yang beliau lupakan, atas kehendak Allah.

Apakah Rasulullah pernah lupa? jawabannya ,"Ya". dan ini tidak mengurangi kenabian dan keterjagaan beliau dari kesalahan. Lupa yang terjadi kepada Rasulullah adalah atas kehendak Allah, dan satu hal yang Rasulullah tidak akan pernah lupa adalah ayat-ayat al-Qur-an yang diwahyukan kepada beliau, ini janji Allah.

Lupanya Rasulullah, pasti membawa hikmah dan pelajaran bagi diri beliau dan Ummatnya, contohnya ketika beliau sholat, diperhatikan oleh sahabatnya, pada roka'aat kedua beliau langsung berdiri, dan melupakan tasyahud awwal. Lalu sahabatnya itu bertanya soal itu kepada beliau. Lalu beliau duduk menghadap kiblat, dan sujud dua kali, lalu salam.

Lalu beliau menghadap ke sahabatnya itu dan bersabda, "Jika ada perubahan dalam sholat, pasti kalian akan aku beritahu, tetapi aku ini hanyalah seorang manusia yang dapat lupa sebagaimana kalian, jika aku lupa, ingatkanlah aku. Jika salah seorang di antara kalian merasa ragu dalam sholatnya maka hendaklah ia mencari yang benar, dan menyempurnakan sholatnya itu kemudian lakukanlah sujud sebanyak dua kali." (Riwayat Imam Muslim)

ya, Lupanya rasulullah menjadi sebab diturunkannya syari'at: "Sujud Sahwi", coba kalau beliau tidak pernah lupa? apa yang akan kita lakukan sebagai ummatnya yang sering lupa, ketika lupa pada sholat kita?

Kembali ke kisah di atas. Apa yang waktu itu beliau lupakan? Sehingga selama 15 hari wahyu Allah idak kunjung datang?